Daftar 10 Orang Terkejam Sepanjang Sejarah (Part - 2) - Artikel ini merupakan artikel lanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul Daftar 10 Orang Terkejam Sepanjang Sejarah (Part - 1). Dimana pada artikel Daftar 10 Orang Terkejam Sepanjang Sejarah (Part - 1) telah kita bahas mengenai kekejaman-kekejaman yang telah dilakukan oleh tiga orang pimpinan negara yang kejam dan tidak berpreikemanusiaan. Nah, pada artikel Daftar 10 Orang Terkejam Sepanjang Sejarah (Part - 2) kita akan melanjutkan pembahasan kita mengenai Daftar 10 Orang Terkejam Sepanjang Sejarah.
Baiklah, berikut adalah Daftar 10 Orang Terkejam Sepanjang Sejarah (Part - 2) :
4. Vladimir Lenin
Vladimir Illich Lenin,Nama aslinya adalah Vladimir Ilyich Ulyanov (10 April (22 April menurut tarikh Kalender Gregorian) 1870 - 21 Januari 1924), adalah seorang revolusioner komunis Rusia, pemimpin partai Bolshevik, Perdana Menteri Uni Soviet pertama dan pencipta paham Leninisme.Nama Lenin sebenarnya adalah sebuah nama samaran dan diambil dari nama sungai Lena, di Siberia.
Perkembangannya menjadi seorang Revolusioner
Sementara itu ketika bekerja sebagai seorang pengacara di Saint Petersburg, ia mulai mengenal karya-karya Karl Marx dan Friedrich Engels. Karena karya tentang Marxisme dilarang di Rusia, Leninpun ditangkap dan dipenjara selama setahun. Lalu ia dibuang ke Siberia. Saat di dalam penjara pun Lenin menunjukkan bakatnya dengan mengalahkan para penghuni penjara yang lain dalam bermain catur .Pada bulan Juli 1898, masih di Siberia, Lenin menikahi seorang wanita sosialis bernama Nadezhda Krupskaya. Pada tahun 1899, ia menulis buku tentang perkembangan Kapitalisme di Rusia. Pada tahun 1900, ia diperbolehkan pulang dari Siberia. Lalu ia berkeliling Eropa dan mengunjungi konferensi-konferensi Marxis.
Pada tahun 1903 Lenin bertengkar dengan para pengurus Partai Sosial-Demokrat dan Buruh Rusia mengenai struktur kepartaian. Martov seorang pengurus menginginkan sebuah struktur yang agak lepas dan otonom sedangkan Lenin menginginkan struktur yang sentralistik. Lalu partai ini pecah menjadi dua. Orang-orang Lenin disebut kaum Bolshevik yang berarti mayoritas dan orang-orang Julius Martov disebut kaum Menshevik yang berarti minoritas.
Revolusi Rusia
Pada bulan Februari 1917, berhubung dengan kekalahan besar Rusia di Perang Dunia I, maka Tsar Nikolas II dipaksa untuk turun takhta. Lalu dibentuk sebuah kabinet yang dipimpin oleh Alexander Kerensky. Lalu Lenin pada tanggal 16 April 1917 kembali ke Petrograd, nama kota Saint Petersburg yang telah di'Rusia'-kan.
Kemudian Lenin pada bulan Juli mencoba mengadakan pemberontakan kaum buruh. Tetapi pemberontakan ini gagal, lalu Lenin melarikan diri ke Finlandia. Pada bulan oktober ia kembali lagi dan berusaha mengadakan Revolusi Oktober. Pada saat ini ia berhasil, maka pada tanggal 7 November 1917 menurut tarikh Kalender Gregorian atau tanggal 25 Oktober menurut tarikh Kalender Julian, revolusinya berhasil dan Kerensky terpaksa melarikan diri.Pada tanggal 30 Agustus 1918, Lenin ditembak oleh Fanya Kaplan, seorang wanita revolusioner pula, sebanyak tiga kali. Kaplan menganggap Lenin telah mengkhianati Revolusi Rusia. Lenin bisa selamat tetapi kesehatannya mulai menurun dan akhirnya ia meninggal dunia pada tanggal 21 Januari 1924 setelah stroke empat kali.
Perkembangannya menjadi seorang Revolusioner
Sementara itu ketika bekerja sebagai seorang pengacara di Saint Petersburg, ia mulai mengenal karya-karya Karl Marx dan Friedrich Engels. Karena karya tentang Marxisme dilarang di Rusia, Leninpun ditangkap dan dipenjara selama setahun. Lalu ia dibuang ke Siberia. Saat di dalam penjara pun Lenin menunjukkan bakatnya dengan mengalahkan para penghuni penjara yang lain dalam bermain catur .Pada bulan Juli 1898, masih di Siberia, Lenin menikahi seorang wanita sosialis bernama Nadezhda Krupskaya. Pada tahun 1899, ia menulis buku tentang perkembangan Kapitalisme di Rusia. Pada tahun 1900, ia diperbolehkan pulang dari Siberia. Lalu ia berkeliling Eropa dan mengunjungi konferensi-konferensi Marxis.
Pada tahun 1903 Lenin bertengkar dengan para pengurus Partai Sosial-Demokrat dan Buruh Rusia mengenai struktur kepartaian. Martov seorang pengurus menginginkan sebuah struktur yang agak lepas dan otonom sedangkan Lenin menginginkan struktur yang sentralistik. Lalu partai ini pecah menjadi dua. Orang-orang Lenin disebut kaum Bolshevik yang berarti mayoritas dan orang-orang Julius Martov disebut kaum Menshevik yang berarti minoritas.
Revolusi Rusia
Pada bulan Februari 1917, berhubung dengan kekalahan besar Rusia di Perang Dunia I, maka Tsar Nikolas II dipaksa untuk turun takhta. Lalu dibentuk sebuah kabinet yang dipimpin oleh Alexander Kerensky. Lalu Lenin pada tanggal 16 April 1917 kembali ke Petrograd, nama kota Saint Petersburg yang telah di'Rusia'-kan.
Kemudian Lenin pada bulan Juli mencoba mengadakan pemberontakan kaum buruh. Tetapi pemberontakan ini gagal, lalu Lenin melarikan diri ke Finlandia. Pada bulan oktober ia kembali lagi dan berusaha mengadakan Revolusi Oktober. Pada saat ini ia berhasil, maka pada tanggal 7 November 1917 menurut tarikh Kalender Gregorian atau tanggal 25 Oktober menurut tarikh Kalender Julian, revolusinya berhasil dan Kerensky terpaksa melarikan diri.Pada tanggal 30 Agustus 1918, Lenin ditembak oleh Fanya Kaplan, seorang wanita revolusioner pula, sebanyak tiga kali. Kaplan menganggap Lenin telah mengkhianati Revolusi Rusia. Lenin bisa selamat tetapi kesehatannya mulai menurun dan akhirnya ia meninggal dunia pada tanggal 21 Januari 1924 setelah stroke empat kali.
5. Idi Amin
Jenderal Idi Amin Dada Oumee (Koboko, Uganda, sekitar tahun 1925–Jeddah, Arab Saudi, 16 Agustus 2003), yang juga dikenal dengan nama Idi Amin, adalah pemimpin diktator militer di Uganda yang memerintah pada 25 Januari 1971- 13 April 1979.
Masa berkuasa
Begitu Idi Amin berkuasa, Uganda menjadi negara yang sangat terkenal di dunia internasional. Pada bulan Agustus 1972, semua orang Asia berwarga negara Inggris (60.000 jiwa) diberi waktu sembilan puluh hari untuk angkat kaki dari Uganda. Tindakan ini bukan karena rasialisme, tetapi karena ia ingin memberikan "kemerdekaan yang sesungguhnya bagi rakyat Uganda". Yang kalang kabut tentu saja Inggris, yang para pejabatnya buru-buru menghubungi Australia, Selandia Baru, dan negara-negara persemakmuran Inggris lainnya untuk membicarakan penampungan, apalagi Kenya dan Tanzania menolak memberikan penampungan terhadap para pengungsi. Sepuluh hari kemudian ditetapkan aturan tambahan bahwa orang asing yang sudah menjadi warga negara Uganda harus pergi dari Uganda. Jumlahnya sekitar 23.000 jiwa. Sudah tentu warga negara keturunan asing yang lahir di Uganda kebingungan. Jika mereka pergi, status mereka adalah tanpa negara (stateless). Ditambah lagi, India, Pakistan, dan Bangladesh (negara asal mereka) menolak menerima kembali mereka. Ditambah pula dengan kebijakan nasionalisasai perusahaan-perusahaan milik orang-orang Eropa di Uganda. Idi Amin memang benar benar "memusingkan banyak orang".
Akibat keputusan ini, timbul krisis ekonomi parah di Uganda. Sekitar 90 % perdagangan dan industrinya dikuasai orang-orang Asia. Orang Uganda sendiri masih sangat agraris tradisional dan kurang kecakapan, modal, dan ketrampilan. Sebenarnya, rencana pengusiran orang Asia sudah direncanakan oleh Milton Obote karena dirasakan terlalu mencengkram ekonomi Uganda, tetapi masih menargetkan waktu lima tahun, dengan alasan mempersiapkan orang Uganda.
Pemerintahan Uganda sedemikian kacaunya sehingga Komisi Hukum Internasional PBB melapor kepada sekjen PBB saat itu, Kurt Waldheim pada tanggal 7 Juni 1974, yang isinya: "Uganda adalah negeri tanpa hukum". Salah satu puncak krisis adalah minta suakanya Menteri Keuangan Emmanuel Wakheya ke Inggris karena tidak tahan lagi terhadap keputusan ekonomi yang diambil oleh pemerintahan rezim militer Idi Amin.
Di awal 1977, William Johnshon menulis laporan kepada harian Bangkok Post yang isinya: "Setelah empat tahun berkuasa, Idi Amin telah mengubah kehidupan Uganda yang buruk. Dulu negeri Uganda pengekspor teh dan kopi, namun karena sistem administrasi dan transportasi yang buruk, ratusan karung kopi teronggok di gudang menunggu diekspor, semetara puluhan ribu ton diselundupkan ke Kenya. Uganda dulunya sebagai salah satu negeri tersubur di Afrika, kini hasil pertanian begitu langkanya sampai penduduk kota menanam tebu dan pisang. Sabun, gula, dan gandum diperlakukan seperti emas saking langkanya. Sementara di pedesaan hasil panen begitu melimpah, penduduk kota tidak dapat menikmati hasilnya. Lima tahun lalu beroperasi 298 bus yang dijalankan pemerintah, kini cuma 11 yang masih jalan."Pada bulan April 1979, Idi Amin berhasil digulingkan oleh tentara nasionalis Uganda yang dibantu Tanzania. Sebelumnya Idi Amin dengan bantuan Libya mencoba menyerang Kagera, provinsi utara Tanzania.
Idi Amin akhirnya terbang mengungsi ke Libya yang kemudian meminta suaka ke Jeddah, Arab Saudi serta menetap di sana. Menurutnya, angka kematian 100.000 sampai 300.000 orang yang dianiya dan dibunuh adalah akibat kesalahan bagian intelijen. Bahkan Biro Riset Nasional mengancam akan membunuhnya. Menurut Amin, banyak hal-hal buruk yang disembunyikan ketika dia berkuasa. Ketika dia tahu keberadaan biro itu, semua sudah terlambat.
Namun, semasa Amin belum jatuh, David Martin dalam artikelnya di South China Morning Post membeberkan bagaimana Idi Amin mengetahui sepak terjang oknum-oknumnya. Ia mengaku tidak ingin jadi Presiden, tentaranyalah yang memintanya, namun mengenai pengusiran orang Asia dia mengatakan, "Mereka terlampau berkuasa dan mencemooh kaum kami".
Idi Amin mempunyai empat orang istri. Istri pertamanya adalah Sarah atau Mama Malian yang dinikahinya pada tahun 1958, yang kedua Kay, yang ketiga Norah, dan yang keempat Medina, yang dinikahinya pada tahun 1971. Pada awal tahun 1974 ia ceraikan tiga istrinya yang pertama sehingga tinggal Medina. Pada 1 Agustus 1975, ia menikah dengan Sarah, seorang pembalap pasukan berani mati Angkatan Darat Uganda. Empat bulan kemudian, dia menikahi Babirye putri seorang usahawan Uganda. Waktu itu Idi Amin sudah mempunyai 34 orang anak.Pada tanggal 20 Juli 2003, menjelang kematiannya di Rumah sakit Raja Faisal di Jeddah, istrinya memohon kepada Presiden Uganda Yoweri Museveni agar Idi Amin dikuburkan di negaranya, namun permintaan ini ditolak. Idi Amin meninggal di Arab Saudi pada tanggal 16 Agustus 2003 dan dimakamkan di Jeddah.
Pada tanggal 17 Agustus 2003, David Owen mengatakan dalam wawancara oleh Radio BBC bahwa ketika menjabat sebagai Sekertaris Kementrian Luar Negeri Inggris (1977-1979), dia memerintahkan agar Idi Amin dibunuh untuk mengakhiri rezim terorya. Usulnya ditolak, namun alasan Owen adalah rezim Idi Amin sangatlah buruk, sangat mengerikan bila dia dibiarkan berkuasa terlalu lama.
Masa berkuasa
Begitu Idi Amin berkuasa, Uganda menjadi negara yang sangat terkenal di dunia internasional. Pada bulan Agustus 1972, semua orang Asia berwarga negara Inggris (60.000 jiwa) diberi waktu sembilan puluh hari untuk angkat kaki dari Uganda. Tindakan ini bukan karena rasialisme, tetapi karena ia ingin memberikan "kemerdekaan yang sesungguhnya bagi rakyat Uganda". Yang kalang kabut tentu saja Inggris, yang para pejabatnya buru-buru menghubungi Australia, Selandia Baru, dan negara-negara persemakmuran Inggris lainnya untuk membicarakan penampungan, apalagi Kenya dan Tanzania menolak memberikan penampungan terhadap para pengungsi. Sepuluh hari kemudian ditetapkan aturan tambahan bahwa orang asing yang sudah menjadi warga negara Uganda harus pergi dari Uganda. Jumlahnya sekitar 23.000 jiwa. Sudah tentu warga negara keturunan asing yang lahir di Uganda kebingungan. Jika mereka pergi, status mereka adalah tanpa negara (stateless). Ditambah lagi, India, Pakistan, dan Bangladesh (negara asal mereka) menolak menerima kembali mereka. Ditambah pula dengan kebijakan nasionalisasai perusahaan-perusahaan milik orang-orang Eropa di Uganda. Idi Amin memang benar benar "memusingkan banyak orang".
Akibat keputusan ini, timbul krisis ekonomi parah di Uganda. Sekitar 90 % perdagangan dan industrinya dikuasai orang-orang Asia. Orang Uganda sendiri masih sangat agraris tradisional dan kurang kecakapan, modal, dan ketrampilan. Sebenarnya, rencana pengusiran orang Asia sudah direncanakan oleh Milton Obote karena dirasakan terlalu mencengkram ekonomi Uganda, tetapi masih menargetkan waktu lima tahun, dengan alasan mempersiapkan orang Uganda.
Pemerintahan Uganda sedemikian kacaunya sehingga Komisi Hukum Internasional PBB melapor kepada sekjen PBB saat itu, Kurt Waldheim pada tanggal 7 Juni 1974, yang isinya: "Uganda adalah negeri tanpa hukum". Salah satu puncak krisis adalah minta suakanya Menteri Keuangan Emmanuel Wakheya ke Inggris karena tidak tahan lagi terhadap keputusan ekonomi yang diambil oleh pemerintahan rezim militer Idi Amin.
Di awal 1977, William Johnshon menulis laporan kepada harian Bangkok Post yang isinya: "Setelah empat tahun berkuasa, Idi Amin telah mengubah kehidupan Uganda yang buruk. Dulu negeri Uganda pengekspor teh dan kopi, namun karena sistem administrasi dan transportasi yang buruk, ratusan karung kopi teronggok di gudang menunggu diekspor, semetara puluhan ribu ton diselundupkan ke Kenya. Uganda dulunya sebagai salah satu negeri tersubur di Afrika, kini hasil pertanian begitu langkanya sampai penduduk kota menanam tebu dan pisang. Sabun, gula, dan gandum diperlakukan seperti emas saking langkanya. Sementara di pedesaan hasil panen begitu melimpah, penduduk kota tidak dapat menikmati hasilnya. Lima tahun lalu beroperasi 298 bus yang dijalankan pemerintah, kini cuma 11 yang masih jalan."Pada bulan April 1979, Idi Amin berhasil digulingkan oleh tentara nasionalis Uganda yang dibantu Tanzania. Sebelumnya Idi Amin dengan bantuan Libya mencoba menyerang Kagera, provinsi utara Tanzania.
Idi Amin akhirnya terbang mengungsi ke Libya yang kemudian meminta suaka ke Jeddah, Arab Saudi serta menetap di sana. Menurutnya, angka kematian 100.000 sampai 300.000 orang yang dianiya dan dibunuh adalah akibat kesalahan bagian intelijen. Bahkan Biro Riset Nasional mengancam akan membunuhnya. Menurut Amin, banyak hal-hal buruk yang disembunyikan ketika dia berkuasa. Ketika dia tahu keberadaan biro itu, semua sudah terlambat.
Namun, semasa Amin belum jatuh, David Martin dalam artikelnya di South China Morning Post membeberkan bagaimana Idi Amin mengetahui sepak terjang oknum-oknumnya. Ia mengaku tidak ingin jadi Presiden, tentaranyalah yang memintanya, namun mengenai pengusiran orang Asia dia mengatakan, "Mereka terlampau berkuasa dan mencemooh kaum kami".
Idi Amin mempunyai empat orang istri. Istri pertamanya adalah Sarah atau Mama Malian yang dinikahinya pada tahun 1958, yang kedua Kay, yang ketiga Norah, dan yang keempat Medina, yang dinikahinya pada tahun 1971. Pada awal tahun 1974 ia ceraikan tiga istrinya yang pertama sehingga tinggal Medina. Pada 1 Agustus 1975, ia menikah dengan Sarah, seorang pembalap pasukan berani mati Angkatan Darat Uganda. Empat bulan kemudian, dia menikahi Babirye putri seorang usahawan Uganda. Waktu itu Idi Amin sudah mempunyai 34 orang anak.Pada tanggal 20 Juli 2003, menjelang kematiannya di Rumah sakit Raja Faisal di Jeddah, istrinya memohon kepada Presiden Uganda Yoweri Museveni agar Idi Amin dikuburkan di negaranya, namun permintaan ini ditolak. Idi Amin meninggal di Arab Saudi pada tanggal 16 Agustus 2003 dan dimakamkan di Jeddah.
Pada tanggal 17 Agustus 2003, David Owen mengatakan dalam wawancara oleh Radio BBC bahwa ketika menjabat sebagai Sekertaris Kementrian Luar Negeri Inggris (1977-1979), dia memerintahkan agar Idi Amin dibunuh untuk mengakhiri rezim terorya. Usulnya ditolak, namun alasan Owen adalah rezim Idi Amin sangatlah buruk, sangat mengerikan bila dia dibiarkan berkuasa terlalu lama.